Kamis, 29 Mei 2014

Sweet Friend

Kenalkan namaku Andre, saat ini aku tengah melanjutkan Studyku di Universitas Negeri Gorontalo dan aku adalah seorang pemuda yang lagi tergila-gila pada seorang gadis yang bernama Dhesy. Seorang gadis manis tapi sadis, setiap ada pemuda yang berusaha mendekatinya selalu ditolak. Hanya satu pemuda saja yang tak pernah mendapatkan penolakkan itu yaitu aku, sebab akulah satu-satunya pemuda yang paling dekat dengannya di kampus. Bahkan orang tuanya menyangka aku adalah kekasihnya. Begitu banyak pria yang iri padaku karena kedekatanku dengannya, mereka tak tau bahwa keadaan ini malah menyiksaku. Aku yang menggilainya tapi tak bisa menyatakan perasaanku, terlalu takut untuk kehilangan kenyamanan yang sudah ada. Pertemuanku dengan Dhesy berawal saat kita pertama kali masuk dalam sebuah organisasi MAPALA, saat itu Dhesy memintaku untuk menemaninya mengambil perlengkapan kempingnya yang ketinggalan di Audotorium tempat kita berkumpul untuk mendapatkan pengarahan dari kakak senior. Saat itu Dhesy yang memulai percakapan diantara kita dengan menanyakan namaku. “Siapa namamu?”, tanya Dhesy padaku sembari mengambil kerel miliknya yang berada didepannya. “Andre”, jawabku singkat. “Apakah kau tidak keberatan kuajak menemaniku kesini?”. “Tidak, santai saja”, “mengapa kau masuk MAPALA?, bukankah pria tampan sepertimu yang memiliki kulit mulus seperti perempuan paling tidak suka mengikuti kegiatan seperti ini!”. “Darimana kau punya pemikiran seperti itu tentang pria sepertiku?”, “Ya dari begitu banyak pria yang pernah kutemui yang punya perawakan sama sepertimu”. “Kau mengajak aku kesini untuk mengambil perlengkapanmu atau untuk mengomentari pria sepertiku?”,” kedua-duanya mungkin!”. “Terserahlah, kau sudah selesai mengambil perlengkapanmu?”, “Sudah, maaf namaku Dhesy. Aku berusaha mengajakmu bicara agar kau bisa bertanya kembali tentang siapa namaku, tetapi kau bahkan tidak menanyakan namaku, kenapa?”. ” Aku tidak perlu menanyakan namamu karena cewek itu paling suka pamer, lihat aja namamu sudah kau tulis di kalung yang kau pakai. Kenapa aku mesti banyak bertanya lagi padamu”, “O iya... aku sendiri kadang lupa kalau kalung ini ada namaku”. “Huuummm, memang cewek itu selalu lupa dengan apa yang dia punya”, “O gitu ya...?, mungkin kau nih pernah dikecewakan sama seseorang. Tapi aku harap kekecewaanmu itu tidak membuatmu merubah perasaanmu dari cewek ke cowok!. “Maksudmu?”, “Ya... aku harap kau bukan cowok homo!”. “ Suka-suka aku donk, apa urusanmu?”, “ ya udah...!!!”. Dhesy mengira bahwa aku seorang homo, dia tak tau jika sebenarnya aku hanya tak pernah pacaran. Meskipun dulu saat SMA aku sempat punya rasa pada seorang teman sekelasku yang bernama Bella, tapi sayang aku tak bisa mengungkapkannya. Ya lebih tepatnya aku pria pecundang, hanya selalu bisa memendam rasa untuk setiap gadis yang aku suka. Beda halnya lagi dengan Dhesy begitu banyak cowok yang sudah menyatakan perasaannya tapi dia sendiri tidak pernah menerima mereka, itulah yang membuatnya hingga detik ini belum juga punya pacar dan mendapat julukan disekolahnya sebagai “Gadis Manis Tapi Sadis atau disingkat GAMATASIS”. Kedekatanku dengannya tak juga bisa membuat dia menyukaiku, malah aku yang semakin hari semakin jatuh hati padanya. Melihat sikapnya yang selalu penuh canda tawa dan kebahagiaan membuatku enggan untuk menghancurkannya, ya namanya juga “SWEET FRIEND” jadi teman untuknya labih dari cukup untukku. Terlalu sibuk dengan perasaanku pada Dhesy, sampai-sampai aku tak sadar bahwa ada orang lain yang juga menaruh rasa simpatik padaku. Seorang cewek yang tak lain adalah teman sekelasku dikampus, dan dia juga merupakan teman dekat dari Dhesy saat masih SMA. Namanya Gebby, Gebby yang kata anak-anak kampus cewek paling cantik dikampus. Emang sih harus aku akui Gebby memang cantik, tapi aku tak begitu suka dengan gayanya yang centil. Gebby meminta Dhesy untuk dapat menyampaikan perasaannya padaku, saat itu aku merasa sangat kacau bagaimana mungkin aku mencintai orang lain dan harus menerima orang lain yang sama sekali tidak pernah aku cintai. Sejujurnya aku ingin bilang tidak pada Gebby tapi aku tak mau melukai hati seorang perempuan, apalagi ini pertama kali untukku bisa pacaran daripada aku bagai pungguk merindukan bulan dengan perasaanku pada Dhesy lebih baik menerima dulu perasaan orang yang sudah begitu berani menyatakan perasaannya. Akupun memutuskan untuk menjawab iya pada Gebby namun jawaban itu aku yang mengatakannya sendiri pada Gebby, meski terselip ragu dihati ini tapi mau bagaimana lagi. “Ndre aku dengar kau sudah jadian ya dengan si Gebby?”,“Iya, kenapa memang?”.“Kok nggak ngasih tau aku sih?”,“Ya masa urusan kaya gitu harus di pamer-pamer sih”.“Ya setidaknya sebagai temanmu aku dikasih taukan..!”,“Ya maaf, kupikir kau teman baiknya Gebby juga jadi bisa dengar sendiri hal ini dari Gebby”.“Ya sudah dikasih tau dia sih tapi aku kurang yakin, karna setauku kau itu kan.....”,“Apa homo...?, gila ni orang pemikirannya ngeres mulu. Tapi kita masih bisa jadi teman kan?”.“Ya tergantung situasinya hehehehe.... , becanda kok” Inilah yang membuat aku menyukai Dhesy, gayanya yang santai dan tomboi membuat aku selalu merasa nyaman berteman dengannya. Meski saat ini aku telah berpacaran dengan Gebby tapi persahabatan kita tetap berlanjut seperti biasa, Gebby memahami betul karakternya Dhesy karna itu walaupun dia tau aku memiliki rasa pada Dhesy tak sekalipun dia menunjukkan rasa curiga atau bahkan cemburu. Gebby orangnya sanggat baik, dia tidak pernah melarangku untuk dekat dengan siapapun baginya selama janur kuning belum melengkung selama itu aku atau dia masih milik umum walau aku dan dia pacaran. Seperti saat aku meminta ijin pada Gebby untuk mengikuti kemping diwilayah tanjung keramat bersama Dhesy, Gebby malah begitu perhatian dengan Dhesy dia malah memintaku untuk bisa menjaga sahabatnya itu. Saat berada di tanjung keramat aku dan Dhesy selalu melakukan kegiatan bersama-sama, aku selalu membantunya untuk melakukan beberapa hal yang diperintahkan oleh senior kita. Kakak senior kita menganggap bahwa kita berdua pacaran, sampai-sampai kita disatukan dalam satu kelompok. Bagi kita ini sudah merupakan hal yang biasa, sebab bukan baru kali ini kita dianggap oleh orang lain seperti ini, memang saking dekatnya aku dengan Dhesy kita berdua terlihat seperti orang yang pacaran. Banyak teman-teman cowok yang ingin mendekati Dhesy akhirnya mengundurkan diri setelah melihat kedekatan ini, sehingga membuat aku merasa bersalah pada Dhesy. Namun saat aku ingin menjauhinya sejenak Dhesy malah menegurku, dan malah berkata padaku bahwa dia belum ingin pacaran, dia masih ingin fokus dengan kuliahnya. Saat mendengar kata itu aku bersyukur tidak mengungkapkan perasaanku padanya karena jika itu terjadi mungkin pertemanan ini tak akan seperti saat ini, mungkin saja akan ada jarak yang tercipta diantara kita. Setelah selesai mengikuti kemping tubuh ini kurasakan teramat berat, aku ingin secepatnya sampai dirumah dan menikmati kasur empuk kesayanganku. Hingga saat tiba dirumah buru-buru aku masuk kekamarku, tas kerel ku lempar begitu saja di sudut lemari kayu milikku yang kuhiasi dengan gambar bendera negara Spanyol club bola kesayanganku yang sering aku jagokan pada teman-temanku. Kugapai handuk yang tertata rapi disudut kamarku, bergegas aku menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhku yang sudah penuh dengan lumpur. Seusai mandi dan ganti pakaian aku meloncat kekasur tanpa harus menunggu lama aku langsung tertidur, keesokkan harinya aku buru-buru kekampus. Aku ingin secepatnya bertemu Gebby pacarku dan menceritakan semua yang aku alami saat berada di tanjung kramat, akan tetapi apa yang aku inginkan berbanding terbalik dari apa yang aku dapatkan dari Gebby, tamparan keras diberikan padaku tepat di depan Dhesy. Kutatap Dhesy dengan penuh tanda tanya dan dia hanya balik menatapku dengan perasaan yang sama, kutatap Gebby dengan tatapan penasaran ingin kejelasan atas tamparan yang baru saja iya berikan. Tak lama setelah menamparku Gebby pun menangis dan mulai menuduh aku dan Dhesy selingkuh selama berada di tanjung kramat, Dhesy yang mendengarkan perkataan Gebby berusaha untuk menjelaskan bahwa antara aku dan dia tidak pernah ada hubungan apa-apa. Entah siapa yang telah begitu tega meracuni pikiran Gebby hingga sikapnya berubah, akupun berusaha menenangkan Gebby dan membujuknya untuk tak menangis lagi serta menjelaskan padanya seperti yang telah dijelaskan oleh Dhesy. Tapi tanggisnya semakin menjadi-jadi, dan saat aku menatap Dhesy aku merasakan hal yang lain. Baru kali itu aku melihat Dhesy serius tanpa tawa kecil sedikitpun diwajahnya, pelan-pelan Dhesy mulai melangkah mundur dan siap untuk meninggalkan aku dan Gebby ditempat itu. Tapi tiba-tiba. Byuurrr.... seember air disiramkan oleh beberapa teman kelasnya pada Dhesy dan disambut dengan kalimat Happy Birthday to you, ternyata hari ini adalah hari ulang tahunnya Dhesy yang ke-20 tepat di tanggal 19 Mei 2014 ini. Hari ini baru aku tau bahwa Dhesy sanggat takut melihat orang yang menangis, pantas saja selama ini dia tak pernah kulihat meneteskan air mata sekalipun dia sedang mengalami masalah. Dan akupun bangga pada pacarku Gebby dia tidak pernah melupakan hari terpenting bagi sahabatnya itu, aku saja yang sedari kemarin bersama dengan Dhesy lupa akan hari penting ini. Tapi itulah gunanya teman selalu saling mengingatkan disaat lupa, persahabatan yang indah ini takkan sampai hati aku menghancurkannya. Suasana gaduh bercampur haru menyatu menjadi satu dihalaman kampus Universitas Negeri Gorontalo. SWEET FRIEND’S FOREVER ***